Sarah's tab

Monday, April 29, 2013

Sisa-sisa Kenangan


Hal bodoh yang aku lakukan hari ini:
membaca kembali semua percakapan kita yang terdahulu.

Hasilnya:
ada sesak yang tertanam di dada ini
ada sebuah senyum miris yang tersirat di bibir ini
dan ada setetes air mata yang jatuh tanpa sebab

Sunday, April 28, 2013

Salahkah Bila Aku Merindukanmu?


Hai, kamu. Apa kabar? Sedang apa? Sudah makan? Sudah sholat? Sedih ya, aku hanya bisa menuliskan semuanya lewat sini. Padahal rasanya baru kemarin kita memulai komunikasi lewat sebuah pesan singkat.

Pesan singkat. Itulah awal mula kedekatan kita terjadi. Sampai pada akhirnya kita merasa nyaman satu sama lain.

Dan.......aku menyukaimu. Aku tahu betul kamu pasti menyadari akan hal itu. Tidak mungkin kamu tidak tahu akan perasaanku. Aku juga tahu, kamu juga menyukaiku. Tapi mengapa kamu lama sekali mengatakan hal itu?

Cukup lama aku menunggu dan bersabar. Membiarkanmu mengatakan semuanya lebih dulu. Tapi sampai kapan aku harus menunggu dan selalu mengalah dengan sifat egoismu yang sangat tinggi.

Pada akhirnya, penantianku terjawab juga. Saat kamu dan aku berubah menjadi 'kita'.

Awalnya, kamu dan aku baik-baik saja. Kamu bahkan berhasil membuatku lebih peka dengan handphoneku. Hanya untuk berharap bahwa terdapat sebuah pesan singkat yang kau titipkan.

Namun tanpa pernah kusangka. Ternyata kebahagiaan itu hanya sesaat. Hanya dapat bertahan selama 'sepuluh hari'. Sekarang semuanya telah berubah. Kamu, bukan lagi menjadi kamu yang kukenal dulu. Aku tidak tahu mengapa kamu bisa berubah secepat ini.

Hari ini. aku sedang berusaha mencoba berdiri tanpamu. Tapi kamu tahu move on itu tidak mudah, kan? Lantas bila sekarang aku merindukanmu, apa aku salah? Aku rindu kamu, darl.

Aku rindu saat-saat kita berbincang-bincang lewat sebuah pesan singkat. Aku rindu saat-saat kamu membalas sapaan pagiku pada siang hari karena kamu baru melihat handphone atau karena kamu sedang ada kuliah. Aku rindu saat-saat kamu memarahiku untuk tidak tidur terlalu malam. Aku rindu...


Dariku,
seseorang yang masih menyayangimu

Saturday, April 27, 2013

Kacau


Aku tidak tahu seberapa kacau aku hari ini. Aku mencoba menatap diriku di cermin lalu seketika menertawai diriku sendiri. Mengapa semuanya seperti ini? Lalu aku bertanya dalam hati, "mana Sarah yang selama ini selalu kuat?"

Entah mengapa, hari ini menjadi begitu kacau. Aku tidak fokus dengan mata kuliah di kelas. Pikiranku kemana-mana. Nyawaku berada di kampus, namun pikiranku entah berada di mana. Aku sendiri tidak tahu mengapa. Aku tidak fokus saat rapat dengan Bascom. Dan entah mengapa semua orang menyadari kekacauan diriku hari ini.

Terlihat sekacau itukah aku? Sampai semua orang bertanya-tanya tentang mengapa Sarah tidak seceria seperti biasanya..

Dan semua kekacauan hari ini terjadi karena kamu. Iya, kamu. Aku bukan menangisi perpisahan kita. Karena itu adalah keputusanku. Tapi aku kecewa dengan sikapmu. Aku kecewa dengan apa yang kamu lakukan. Aku merasa dibohongi. Entah mengapa hati ini terasa begitu sesak. Sampai akhirnya aku tidak bisa lagi menahan air mata ini.

Ya, aku menangis. Tapi bukan menangisimu. Lebih kepada menangisi diriku sendiri yang salah menilaimu. Rasanya nyesek banget. Menangis memang tidak akan menyelesaikan masalah, tapi setidaknya menangis adalah cara terbaik untuk menenangkan diri...

Kebahagiaan Sesaat


Rasanya aneh. Aku bahkan tidak percaya semuanya berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin cinta yang sekian lama menunggu ini mendapat jawaban yang diharapkan. Rasanya baru kemarin kamu dan aku  akhirnya berubah menjadi 'kita'. Rasanya baru kemarin kamu mulai memanggilku dengan sebutan 'darl'.

Mengapa semuanya berakhir secepat ini? Bahkan setelah sekian lama hati ini tidak tersentuh oleh laki-laki manapun. Sebelum akhirnya kamu berhasil memasukinya. Membersihkan sisa-sisa debu layaknya sebuah ruangan yang sudah lama tidak berpenghuni.

Awalnya, kukira kamu beda. Kamu telah mampu mengisi hariku dengan perhatian-perhatian kecil yang selalu membuatku tersenyum. Kamu telah mampu memberi warna di hariku yang semula hanya abu-abu. Kamu telah mampu membuatku mengecek handphone setiap detik, hanya untuk berharap bahwa ada sebuah pesan singkat yang kamu tinggalkan untukku.

Semuanya terasa indah. Sampai akhirnya aku merasakan sesuatu yang berbeda dari dirimu. Kamu berubah. Ya. Aku ulangi sekali lagi. Kamu berubah. Tidak lagi seperti kamu yang ku kenal dulu. Tidak lagi menjadi seseorang yang peduli dan perhatian. Saat aku tanya mengapa kamu berubah, bahkan kamu tidak pernah menyadarinya. Tapi aku? Aku merasakannya. Aku merasakan perubahan itu.

Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk melepasmu. Awalnya, kukira kamu akan mencegah. Tapi nyatanya? Kamu justru cenderung pasrah dan menerima keputusanku. Jujur saja, aku kecewa dengan sikap kamu. Seolah-olah kamu tidak pernah menganggap keberadaanku. Jadi apa maksudnya hubungan kita selama ini? 

Mungkin aku memang bodoh. Mungkin kamu memang tidak pernah benar-benar menyukaiku. Saat dulu kamu bilang kamu peduli padaku, bisa jadi kamu menyampaikan itu pada semua perempuan yang kamu kenal. Ya, sekali lagi aku memang bodoh. Bahkan saat aku menulis ini untukmu, ini adalah tindakan terbodoh. Dan aku tahu kalau sekarang kamu sedang menertawai kebodohanku.

Aku hanya ingin menyampaikan satu hal. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih karena sudah pernah mengisi hatiku, walau hanya sesaat. Terima kasih telah memberikanku kebahagiaan, walau hanya sesaat. Aku harap kamu bisa bahagia dengan yang lain...

"Cinta itu ngga selalu tegas. Ketika ia berakhir, pasti ada yang tersisa" --Kata Hati by

-dari seseorang yang menyayangimu

Sunday, April 14, 2013

Tentang Cinta yang Menunggu


Menunggu itu membosankan.

Aku tak tahu, kapan terakhir kali aku jatuh cinta. Atau, kapan terakhir kali aku memiliki teman dekat laki-laki. Sepertinya sudah bertahun-tahun yang lalu.

Sampai akhirnya kamu hadir. Memberikan semua perhatian yang nampaknya sudah lama sekali tidak kurasakan.

Awalnya, aku mencoba bersikap biasa saja. Namun lama-kelamaan, akhirnya kamu telah berhasil membuatku jatuh cinta lagi...

Aku juga tidak tahu mengapa perasaan ini ada. Tiba-tiba muncul begitu saja. Dan itu semua salahmu. Mengapa kamu begitu baik padaku? Mengapa kamu begitu perhatian padaku? 

Bukan. Bukan. Mungkin ini semua bukan salahmu. Mungkin ini hanya salahku. Aku yang sudah salah mengartikan semua sikap baikmu. Mungkin memang hanya aku yang terlalu berharap lebih padamu.

Dan setelah sekian lama kita dekat, hubungan kita tidak ada kemajuan. Bahkan yang ada malah kemunduran..

Kini, saat kamu tidak memberi kabar, saat kamu tidak membalas pesanku, saat kamu tidak se-perhatian dulu, aku bisa apa? Marah? Kesal? Apa hak ku?

Pada kenyataannya aku tidak punya hak untuk itu. Karena kamu dan aku memang "hanya sebatas teman". Dan ketika kamu telah memilih untuk bersikap seperti itu, itu hak mu. Dan aku tidak bisa berbuat apapun.

Aku hanya bisa diam dan menunggu.